Selasa, 08 September 2015

OFF THE JOB SAFETY- BRING SAFETY HOME






Hampir setiap hari baik di media cetak maupun elektronik kita sering melihat berita kecelakaan, seperti yang baru-baru ini terjadi diantaranya adalah kecelakaan saat pemabangunan hanggar di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar yang menewaskan beberapa orang, kebakaran di pabrik Semen Tonasa,dan masih banyak beragam kecelakaan yang terjadi di area kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh betapa banyak kerugian nyawa dan financial yang harus ditanggung dari berbagai dampak dari kecelakaan tersebut. Kenapa semua ini harus terjadi, salah satu sebabnya karena kita belum membudayakan sikap kehati-hatian dalam bekerja, atau sarana dan prasarana keselamatan kerja tersebut belum dianggap penting, sehingga masih sering diabaikan. Salah satu contoh nya pekerja di industry rumahan seperti penggergajian kayu, masih banyak ditemukan pekerja yang tidak mengenakan APD sama sekali padahal dia berisiko terkena gergaji dan potensi bahaya lain nya, alasan nya mereka ribet dan tidak nyaman disaat bekerja jika harus memakai APD (misal : sarung tangan), anak-anak jaman sekarang yang sering saya lihat mengendarai sepeda motor sambil ber-sms ria itu juga termasuk perilaku yang tak aman, itu lah yang menjadi factor-faktor pemicu permasalahan yaitu dari factor MAN – UNSAFE ACTION, dan UNSAFE CONDITIONS yakni factor manusia nya sendiri yang kurang pengetahuan, pehaman, ketrampilan, sembrono dan kurang memperhatikan betapa pentingnya upaya keselamatan “safety” dan kesehatan “health” dimana pun berada serta kondisi lingkungan yang kurang kita jaga keamanan nya dari kecelakaan.

Ditempat kerja sendiri tentu banyak peraturan dibuat agar keselamatan pekerja dapat diprioritaskan. Kebiasaan yang baik ditempat kerja baik di kantor,workshop maupun di warehouse, diharapkan terbawa ke rumah. Tapi sebaliknya, kebiasaan buruk dirumah jangan dibawa ke tempat kerja. Seperti misalnya penggunaan toilet. Kebanyakan pekerja terbiasa menggunakan toilet jongkok dirumah, sehingga bila ditempat kerja menggunakan toilet duduk pekerja malah jongkok diatasnya. Mereka tidak menyadari bahwa kebiasaan tersebut berbahaya dan dapat menyebabkan kecelakaan yang cukup fatal.

Berdasarkan yang dilangsir oleh National Safety Council, pada 2013 diperkirakan 93.200 kematian yang tidak disengaja terkait cedera terjadi dirumah dan masyarakat, dan hampir tiga kali lebih banyak pekerja menderita cedera fatal ketika mereka sedang tidak bekerja daripada ketika mereka bekerja. Beberapa penyebabnya misalnya keracunan, kecelakaan kendaraan bermotor, kebakaran, dan lain-lain. 

Maka akhirnya didalam dunia safety, munculllah apa yang disebut OFF-THE-JOB SAFETY. Semua hal-hal yang baik dikantor atau perusahaan, diharapkan tertular pada keluarga dan kehidupan keseharian. Off-the-job safety juga dapat menunjukan bahwa pengusaha benar-benar peduli tentang karyawan dan keluarganya baik dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan. Penekanan dari program off-the-job safety adalah karyawan diharapkan mampu menerapkan safety first dimana saja dan  kapan saja. Hal ini tentu dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih aman dan sehat.

Kita ambil contoh 1 hal yang mudah. Penyimpanan botol racun. Botol racun, diperusahaan kita kenal dengan sebutan “B3” atau “Bahan Beracun dan Berbahaya.” Namanya keren bukan? Tapi tidak keren dampaknya. Banyak pekerja diperusahaan masih suka menyimpan material lain, di bekas drum B3. Maklum, menggunakan bahan yang tak terpakai lagi. Padahal sebeneranya  ini sama sekali tidak boleh baik dirumah atau ditempat kerja, kebiassan dirumah pun kebanyakan meletakan racun tanpa label, seperti meletakan cairan pembersih didalam bekas botol air mineral,atau meletakan racun tikus disembarang wadah. Mungkin banyak yang berfikiran bahwa tidak mungkin ada salah satu dari anggota keluarga yang tak sengaja menelan racun, hanya karena pembantu anda salah meletakan botolnya.

Hal lain dalam keseharian: patuh pada peraturan. Bila kita lihat saat dijalan raya, aturan tentang penggunaan Safety Belt atau Seat Belt sejak 5 November 2003 lalu sudah wajib. Tetapi kok masih banyak yang melanggar? Menunggu ditilang polisi? Oh, rupanya sudah disiapkan, kalau ditilang nanti siap ”damai”. Padahal, bila kita masuk perusahaan, semua prosedur harus ditaati. Nah, untuk hal yang sederhana ini, terbawakah budaya patuh kita pada prosedure atau SOP ini kedalam keseharian kita? Kita bisa lihat, mungkin bagi pengendara motor sering ”Menerabas” lampu merah. Atau menyusul dari sebelah kiri. Atau tidak memberikan tanda saat  belok. Atau mengemudi/membonceng orang tanpa safety helmet.

Diluar perusahaan, kita masih menunggu sanksi. Kita berbuat seolah-olah semua yang kita lakukan dalam safety itu adalah peraturan belaka. Padahal polisi ataupun pihak yang berwenang tidak dapat mengembalikan nyawa yang hilang bila tabrakan, atau mereka tidak akan membayar biaya rumah sakit, bila pengemudi mengalami luka parah.

Semua yang kita lakukan dalam safety adalah untuk diri kita sendiri. Maka anehlah, bila safety diperusahaan tidak terbawa dalam keseharian kita. Bayangkan saja, dalam 24 jam sehari, waktu berada ditempat kerja hanya 8 jam atau 1/3 dari satu hari. Dalam 16 jam lain, anda berada di lalu lintas, berolahraga, dan berbagai aktifitas lainnya, dimana anda juga terpapar dalam bahaya.Bila akhirnya mengalami suatu luka serius dirumah (off-the-job safety), maka yang didapat adalah rugi, perusahhan pun rugi, karenapekerja menjadi tidak produktif di keesokan harinya.

Oleh karena itu,bawalah safety pada keseharian kita, tidak hanya ditempat kerja. Entah itu di bioskop, entah itu dijalan raya, ataupun ditempat-tempat rekreasi. Think safety and work safety. Atau bisa juga ”Go home, play, and come back safety”. Sanagt perlu untuk dilakukan promosi sebanyak-banyaknya mengenai “off-the-job safety”, karena kesehatan pun layak dipertahankan di rumah dan dimana saja, demikian pula dengan penyelamatan lingkungan dimulai dari diri kita dan rumah kita.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar